Oey Hay Djoen
Quick Facts
Biography
Oey Hay Djoen (lahir di Malang, Jawa Tengah, Hindia Belanda, 18 April 1929 – meninggal18 April 2008 pada umur 79 tahun) adalah seorang penerjemah utama Tionghoa-Indonesia dari sekitar 29 karya hasil pemikiran para peneliti ilmu sosial dan ekonomi, serta pakar teori sosialis dan Marxis. Ia memiliki seorang istri bernama Jane Luyke dan seorang anak bernama Mado.
Masa kecil
Oey lahir pada 18 April 1929. Ayahnya meninggal saat Oey berusia sembilan tahun, dan ia diurus oleh ibunya yang keras tapi liberal. Saudara-saudara kandungnya hidup terpencar di berbagai benua. Kakaknya yang bernama Leony tinggal dengannya di kompleks Cibubur Permai. Keluarganya adalah penganut agama tradisional Tionghoa dan ia belajar di sekolah Katolik, dimana ia belajar bahasa Inggris dan Belanda.
Oey gemar berkunjung ke toko buku ARC Salim di mana ia mengenal sastra dunia. Sementara untuk buku-buku politik, Oey mengenalnya di toko buku milik Pak Kliwon, seorang aktivis Serikat Rakyat yang pernah di buang ke Boeven Digul. Pemilik toko buku tersebut menawarkan agar Oey datang ke Marx House, Yogyakarta.
Di Marx House, Oey belajar soal paham sosialis. Ia berdiskusi langsung dengan tokoh-tokoh saat itu seperti Alimin, Amir Syarifuddin dan Sjahrir. Selain itu, ia mulai menerjemahkan buku Lenin, Negara dan Revolusi, yang diterjemahkannya dari bahasa Inggris ke bahasa Belanda.
Karier
Kembali ke Malang, Oey ikut bergerilya memerangi Belanda dan bertugas memasok logistik untuk para pejuang. Oey selanjutnya pindah ke Surabaya, dimana ia mengurus percetakan Sin Tit Po dan berkenalan dengan Nyoto, salah satu tokoh partai komunis. Ia sempat menjadi pengusaha dalam bidang distribusi tembakau dan menjadi Ketua Gabungan Perusahaan Rokok Nasional (Gaperon).
Pada tahun 1958, ia membawa keluarganya dari Semarang ke Jakarta untuk menjadi wakil rakyat. Di Jakarta, Oey juga aktif di Lekra. Oey juga menjadikan rumahnya di Jalan Cidurian, Menteng, Jakarta Pusat untuk menjadi markas Lekra.
Pada pertengahan Oktober 1965, Oey ditangkap Kodim Jakarta Timur dan diasingkan ke Pulau Buru. Setelah bebas, Oey memulai usaha distribusi cengkih.