Mashuri Saleh
Quick Facts
Biography
Mashuri Saleh (lahir di Juwana, Pati, Jawa Tengah, 19 Juli 1925 – meninggal di Surakarta, Jawa Tengah, 1 April 2001 pada umur 75 tahun) dari ayah Ki Saleh Kromoastro adalah mantan Menteri Pendidikan dan Menteri Penerangan Indonesia.
Mashuri pernah ikut berjuang bersama Brigade V Batalyon 55 CSA di bawah pimpinan Letkol Slamet Riyadi di Surakarta. Salah seorang anak buahnya adalah Sri Mulyono Herlambang yang pernah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Udara.
Setelah kemerdekaan, Mashuri melanjutkan pendidikannya di Universitas Gadjah Mada dan memperoleh gelar sarjana hukum.
Menjadi menteri
Mashuri pernah bekerja di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan menjabat sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi pada 1966 dan akhirnya mendapat kepercayaan untuk menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kabinet Pembangunan I (1968-1973) dan Menteri Penerangan dalam Kabinet Pembangunan II (1973-1978). Pada tahun 1977-1982 Mashuri menjabat sebagai Wakil Ketua MPR/DPR (1977-1982) dari Golkar. Setelah itu, ia diangkat menjadi anggota DPA (1982-1986).
G30S
Mashuri adalah salah seorang tokoh penting sekitar kejadian G30S. Pada subuh 1 Oktober 1965, ia menyaksikan gerakan-gerakan militer yang mencurigakan di daerah Jakarta Pusat dan melaporkannya kepada Jenderal Soeharto yang kebetulan adalah tetangganya.
Ejaan Yang Disempurnakan
Pada masa jabatannya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, pada 23 Mei 1972 Mashuri mengesahkan penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan dalam bahasa Indonesia yang menggantikan Ejaan Soewandi. Sebagai menteri, Mashuri menandai pergantian ejaan itu dengan mencopot nama jalan yang melintas di depan kantor departemennya saat itu, dari Djl. Tjilatjap menjadi Jl. Cilacap.
Akhir hayat
Selama beberapa tahun terakhir menjelang wafatnya, Mashuri menetap di Surakarta, tempat kelahiran istrinya. Ia menderita penyakit hepatitis hingga mencapai stadium empat dan pernah tiga kali dirawat di rumah sakit. Ia meninggal dunia di rumah kediaman keluarganya di Surakarta pada 1 April 2001. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Bhakti, Jurug, Surakarta.
Keluarga
Mashuri meninggalkan seorang istri, Liestinah Mashuri, dan enam orang anak: Anni Anggraini, Toto Wijayanto, Sri Pangastuti, Bambang Rusmanto, Djoko Riyadi, dan Arinto Wahyuwigati.