peoplepill id: duski-samad-1
DS
Indonesia
1 views today
1 views this week
Duski Samad
Indonesian polician

Duski Samad

The basics

Quick Facts

Intro
Indonesian polician
Places
Work field
Gender
Male
Place of birth
Maninjau, Tanjung Raya, Agam, Indonesia
Place of death
Jakarta, Indonesia
Age
79 years
Education
Tweede Inlandsche School
The details (from wikipedia)

Biography

Buya Duski Samad (bahasa Arab: دوسق صمد, nama lahir: Dusqu Samad; 23 September 1905 – 3 Mei 1985) adalah ulama, politisi, dan tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia yang merupakan anggota Muhammadiyah. Ia memulai kiprah politiknya di Persatuan Muslimin Indonesia selama lima tahun sebelum akhirnya bergabung dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi). Partisipasinya dalam Pemilu 1955 turut mendorongnya untuk menjadi anggota Konstituante pada 1956.

Kehidupan awal

Duski Samad dilahirkan dengan nama Dusqu Samad di Kampung Air Hangat (bahasa Minangkabau: Kampuang Aie Angek), Maninjau, Tanjung Raya, Onderafdeeling Oud Agam pada hari Kamis, 23 September 1905 pukul lima sore (dalam biografi Konstituante tertulis kelahirannya tanggal 23 Agustus 1905). Ia merupakan anak keempat dari enam bersaudara, yaitu Ahmad Rasyid, Abdul Wahab, Abdul Aziz, Abdul Razak, dan Fatimah. Ayahnya adalah seorang ulama bernama Haji Abdul Samad Al-Kusai dan ibunya bernama Siti Abbasyiyah atau lebih dikenal dengan Uncu Lumpur yang merupakan istri kedua dari Abdul Samad.

Nama Dusqu Samad merupakan pemberian sang ayah yang berasal dari nama "Dasuqi" (bahasa Arab: دسوق), seorang penulis buku Aqidah Islamiyah. Ketika menjadi pelajar di suatu perguruan Islam di Padang Panjang, ia mengubah namanya sendiri menjadi "Dusqi Samad" untuk meringkaskan pelafalan dan memudahkan panggilannnya.

Pendidikan

Pendidikannya dimulai ketika bersekolah di Tweede Inlandsche School/Sekolah 2e Klasse. Setelah lulus, ia meneruskan pendidikan ke Sekolah Menengah Islam Sumatra Thawalib. Di Thawalib, ia sempat terpengaruh oleh propaganda komunis.

Kiprah

Setelah menyelesaikan pendidikannya, Duski bekerja sebagai seorang guru di Sumatra Thawalib dari tahun 1928 hingga 1930. Setelah itu, ia mulai terlibat aktif dalam dunia politik melalui Persatuan Muslimin Indonesia selama lima tahun, hingga akhirnya memutuskan istirahat berpolitik untuk menjadi mubalig atau pendakwah pada 1935 sampai 1945. Keterlibatannya dalam organisasi tetap diteruskan. Setelah masa pendudukan Jepang, tepatnya pada tahun 1942, ia bergabung dengan Muhammadiyah.

Pada 25 Desember 1945, Duski bersama dengan Malik Ahmad membentuk barisan pemuda yang dikenal dengan nama Laskar Hizbullah. Selama perang kemerdekaan Indonesia, ia diangkat sebagai Pimpinan Tertinggi Hizbullah Fi-Sabilillah untuk daerah Sumatra Tengah dari 1945 sampai 1949. Ia pernah pergi mencari bantuan persenjataan ke Aceh bersama Mayor Maksum. Ia kembali ke gelanggang politik dan diangkat sebagai anggota Partai Masyumi sejak 1946 hingga 1947.

Setelah pengakuan kedaulatan Indonesia, Duski kembali melanjutkan karier sebagai pendakwah di Sumatra Tengah pada tahun 1950. Pada Pemilu 1955, ia terpilih dan duduk sebagai anggota Konstituante dari Partai Masyumi untuk daerah pemilihan Sumatra Tengah. Pada 1958, ia bergabung dengan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), sehingga ia bersama peminpin PRRI, Ahmad Hussein ditahan di Jakarta.

Meninggal dunia

Kalau mengecap kemerdekaan itu hanya dengan oto bagus, rumah cantik, dan melagakkan harta benda negara untuk kesenangan sendiri, benarlah apa yang tuan katakan [Tuan tidak mengecap rasa kemerdekaan]... Saya berlindung kepada Allah, janganlah saya mengecapnya. Tetapi kalau kemerdekaan itu adalah kemerdekaan jiwa mengingat Tuhan dan hidup bersama rakyat yang tulus ikhlas, yang berani mengorbankan jiwa untuk mempertahankan agama Allah, maka boleh saya katakan bahwa sayalah yang terpilih dahulu merasai kemerdekaan.

— Duski Samad

Duski meninggal dunia pada 3 Mei 1985 di Jakarta. Hamka mengenang Duski sebagai "mubalig ulung yang telah menyediakan segenap tenaganya menegakkan agama".

Kehidupan pribadi

Pada 1928, atau sebagian besar menulis 1929, Duski Samad menikahi Rasuna Said, yang kelak menjadi pahlawan nasional Indonesia. Duski Samad adalah guru dan mentor bagi Rasuna Said di Sumatra Thawalib. Mereka bertemu sebagai sesama anggota Permi. Awalnya, pernikahan ini ditentang oleh keluarga dari Rasuna Said karena perbedaan status sosial-ekonomi keluarga. Selain itu, Rasuna juga sudah direncanakan akan dijodohkan dengan kerabatnya yang terpandang dan kaya. Pada akhirnya, mereka menikah dengan amat sederhana, ketika itu Duski Samad berusia 24 tahun, sedangkan Rasuna Said berusia 19 tahun.

Pasangan suami dan istri ini dikaruniai seorang putra bernama Darwin Duski (lahir di Maninjau, 1929) dan disusul seorang putri bernama Auda Zaschkya Duski (lahir di Maninjau pada 2 Mei 1931). Darwin meninggal dunia saat masih kecil, sehingga tinggal Auda anak satu-satunya. Akibat kesibukan masing-masing dalam perjuangan kemerdekaan, mereka jarang bertemu satu sama lain sehingga mereka memutuskan untuk bercerai. Mereka bercerai pada tahun 1932.

Pada 1936, Duski Samad menikahi Sab'atun Adam, seorang wanita bersuku Melayu. Dari pernikahannya tersebut, mereka dikaruniai anak bernama Azimah (lahir di Padang pada 15 Januari 1939), Amna (lahir di Padang Panjang pada 12 Desember 1947), Ashim (lahir di Padang Panjang pada 2 Mei 1952), Yusra (lahir di Padang Panjang pada 15 September 1954), Silmi (lahir di Padang Panjang pada 30 September 1956), dan Zulfa (lahir di Maninjau pada 17 Agustus 1959).

The contents of this page are sourced from Wikipedia article. The contents are available under the CC BY-SA 4.0 license.
Lists
Duski Samad is in following lists
comments so far.
Comments
From our partners
Sponsored
Credits
References and sources
Duski Samad
arrow-left arrow-right instagram whatsapp myspace quora soundcloud spotify tumblr vk website youtube pandora tunein iheart itunes