Ashin Kheminda
Quick Facts
Biography
Ashin Kheminda atau Bhante Kheminda adalah seorang bhikkhu kelahiran Indonesia yang dikenal karena aktivitasnya dalam menyebarkan agama Buddha serta pembelajaran Abhidhamma-nya yang berjudul Abhidhamma Made Easy. Ia mengajar Abhidhamma secara terstruktur, sistematis, dan akademis. Gelar Ashin berasal dari bahasa Myanmar yang artinya adalah Bhante.
Ashin Kheminda adalah pelopor kebangkitan Abhidhamma di Indonesia yang pertama kali memperkenalkan perayaan Hari Abhidhamma di Indonesia, yakni peringatan Buddha Gautama selesai mengajarkan Abhidhamma di Surga Tavatimsa. Kegiatan Hari Abhidhamma ini pertama kali berlangsung pada tahun 2012 di Jakarta.
Biografi
Latar belakang
Ashin Kheminda dilahirkan di Semarang pada tahun 1967. Meskipun awalnya bukan seorang Buddhis, karena sifat “pemberontak”nya serta tidak menyukai keterikatan, ia mulai tertarik dengan berbagai ajaran spiritual sejak masih muda. Jiwa pemberontaknya mulai berkembang sejak ia duduk di bangku SMA Kolese Loyola. Pada saat itu, ia untuk pertama kalinya bersinggungan secara dekat dengan agama lain. Sifat fanatik yang menganggap agama sendiri yang paling baik berangsur-angsur lenyap setelah ia melihat bahwa agama yang lainpun menawarkan banyak kebaikan. Ketertarikan untuk mempelajari agama dan ajaran spiritual yang lain terus berlanjut sampai pada saat ia kuliah di Fakultas Teknik Sipil Universitas Diponegoro, Semarang. Pada masa-masa tersebut ia sudah tidak percaya lagi bahwa ada satu agama yang lebih baik dari agama-agama yang lain.
Pada satu masa di dalam kehidupannya, ia mulai merasakan bahwa kehidupan ini sangat tidak memuaskan. Hal ini membuatnya mencari jalan keluar yang tidak biasa yaitu mulai menekuni meditasi. Ia aktif menjadi anggota beberapa kelompok spiritual Kejawen. Dari aliran-aliran inilah ia akhirnya sangat akrab dengan berbagai macam laku pertapaan. Selama bertahun-tahun ia menjalani praktik pertapaan di hutan-hutan bahkan juga di makam-makam yang dikenal angker di pulau Jawa.
Perkenalan dengan Buddhisme
Pertemuannya dengan ajaran Buddha terjadi pada saat Dia bertapa di Alas (Hutan) Ketonggo, Ngawi, Jawa Timur. Disana, secara tidak sengaja, Dia bertemu dengan guru Buddhisnya yang pertama yang kemudian mengajarkannya meditasi dengan menggunakan objek kasina api sampai akhirnya Dia mengalami pengalaman, kebahagiaan dan kedamaian yang tidak pernah dirasakannya sebelumnya. Di Alas Ketonggo, Ashin Kheminda menekuni meditasinya dan di saat senggang Dia membaca semua buku meditasi dari Ajahn Chah hingga timbul niatan untuk berguru langsung kepadanya di Thailand. Namun, ia tidak berjodoh dengan Ajahn Chah karena ia telah wafat saat Ashin Kheminda tiba di Wat PahNanachat, Thailand.
Pendalaman akademis
Dia kemudian berkeliling di pusat-pusat meditasi, melanjutkan perjalanannya ke Dharamsala, India, hingga akhirnya seorang kenalannya yang berkebangsaan Prancis memberitahunya bahwa Myanmar merupakan tempat para guru meditasi. Ashin Kheminda selanjutnya segera berangkat ke sana. Setiba di Myanmar, Ashin Kheminda memutuskan untuk menjadi bhikkhu. Ia belajar meditasi selama lebih dari setahun di Mahasi Sasana Yeikhta, Yangon, Myanmar, kemudian ditabhiskan oleh Sayadaw Jatila Mahathera pada tahun 2004. Selama disana Dia juga mendalami meditasi dari tradisi-tradisi yang lain. Ashin Kheminda kemudian mengambil gelar Bachelor di ITBMU (The International Theravãda Buddhist Missionary University) of Yangon dan memperoleh medali emas sebagai lulusan terbaik. Selama mendalami ajaran Buddha di Myanmar, Dia juga mengajar Abhidhamma kepada teman-temannya, para bhikkhu, bhikkhuni dan sayalay.
Misi misionaris
Setelah menyelesaikan pendidikan dasar monastik di Myanmar, Ashin Kheminda berencana pulang ke Indonesia, tetapi sebuah wihara di Singapura mengundangnya untuk tinggal dan mengajar Abhidhamma di sana. Ia mengajar Abhidhamma dan meditasi di Singapura dari Juli 2008 sampai Desember 2010, dan sempat menyelesaikan pendidikan S2 nya di The Graduate School of Buddhist Studies di Singapura.
Kembali ke Indonesia
Ashin Kheminda menyadari kurangnya pemahaman and implementasi Tipitaka di Indonesia dan oleh karena itulah dia memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan mengabdikan diri untuk perkembangan Buddhisme melalui jalur pendidikan Buddhis yang mengacu kepada Tipitaka. . Keputusan tersebut dilanjutkan dengan bergabung ke Sangha Agung Indonesia yang mengusung konsep Buddhayana (non-sektarian).
Pandangan terhadap Buddhayana
Sebagai anggota baru di Sangha Agung Indonesia, Ashin Kheminda telah menawarkan definisi paham Buddhayana yang baru, segar dan orisinil. Paham tersebut digambarkan Dia sebagai “Orkestra Buddhayana”. di mana pratiksi ke-3 aliran: Theravada, Mahayana dan Tantrayana menguasai, memahami dan menjalankan aliran masing-masing dengan baik dan sempurna, namun tetap harmonis terhadap satu dan lainnya di dalam satu wadah organisasi Buddhayana, tanpa mencampur-adukkan ketiga aliran tersebut.
Pandangan terhadap Kebangkitan Bhikkhuni Theravada
Pada tanggal 21 Juni 2015, untuk pertama kalinya dilaksanakan Penahbisan Bhikkhuni Theravada di Maribaya, Lembang. Pada acara yang dihadiri Sangha dalam dan luar negeri tersebut, Ashin Kheminda menyampaikan dukungannya atas kebangkitan Sangha Bhikkhuni Theravada dengan argumen Vinaya Pitaka dan Kitab Komentar. Dia juga menekankan pentingnya pariyatti (menguasai Tripitaka dan Kitab Komentar) dan patipatti (melatih sila, samadhi dan panna) sebagai landasan menjadi anggota Sangha yang baik dan demi tegaknya Buddha Sasana
Kegiatan
Abhidhamma Made Easy
“Abhidhamma Made Easy” yang diselenggarakan di berbagai kota besar di Indonesia selalu dipenuhi pendengar. Bahkan jumlah pengunjung yang hadir selama 10 hari semakin bertambah karena Ashin Kheminda memberikan contoh dan perumpamaan dalam penjelasannya sehingga menghidupkan suasana workshop. Ciri khas Ashin Kheminda adalah mampu mengemas penyampaian Dhamma dengan interaktif, penuh humor, dan menyita emosi Penyajian cerita dan poin yang disampaikan juga ringan dan mudah dimengerti karena disampaikan dengan bahasa yang sederhana dan lugas. Sesekali terlontar kalimat yang disambut gelak tawa atau air mata peserta yang hadir. Ia berhasil mengubah citra Abhidhamma menjadi satu ajaran yang mudah dan bisa dinikmati
Prasadha Jinarakkhita Buddhist Institute
Pada 18 Januari 2012, Ashin Kheminda mendirikan PJBI (Prasadha Jinarakkhita Buddhist Institute), yaitu pusat pendidikan Buddhist yang terstruktur dan menggunakan kurikulum yang diadopsi dari Taiwan, Srilanka dan Singapura
PJBI menawarkan berbagai program sebagai berikut:
- Institut Abhidhamma Indonesia (IABHI) menawarkan program belajar Abhidhamma yang terstruktur dan akademis. Materi pembelajaran disampaikan oleh Ashin Kheminda dan guru-guru Abhidhamma dari dalam dan luar negri.
- Prasadha Jinarakkhita Buddhist Studies (PJBS), adalah kelas belajar Dhamma terstruktur untuk semua anak-anak dari umur 3 tahun ke atas, tanpa dipungut biaya. Kelas-kelas yang ditawarkan adalah kelas anak dan remaja usia 3-18 tahun dan kelas Pariyatti Sasana untuk usia 18 tahun ke atas.
- Prasadha Jinarakkhita Buddhist Community (PJBC) adalah komunitas Buddhis yang menyatukan umat dan simpatisan Buddhis dari berbagai ragam usia dan latar belakang sosial budaya untuk secara aktif melakukan kegiatan kemanusiaan yang merupakan pengejawantahan esensi ajaran Buddha. Contoh aktivitas rutin mingguannya adalah Patipatti Sasana: wadah untuk belajar dan berlatih meditasi di bawah bimbingan Ashin Kheminda.
Dhammavihārī Buddhist Studies
Dhammavihārī Buddhist Studies, disingkat DBS, adalah a-One-Stop-Dhamma-House yang menawarkan program-program pendidikan Buddhis yang terstruktur untuk semua usia, dari kanak-kanak sampai kaum dewasa.
Dengan Ashin Kheminda sebagai penasehat spiritualnya, DBS berkonsentrasi pada pengajaran Tipiṭaka melalui kelas Abhidhamma setiap hari Sabtu dan kelas Pariyatti Sāsana, dengan penekanan pada pembelajaran Sutta Piṭaka, setiap hari Minggu pagi. Untuk anak-anak dari usia 3 tahun sampai usia SMA, DBS menyediakan kelas Sekolah Minggu.
Menyadari bahwa kualitas intelektual anak telah dikembangkan dengan baik di sekolah, maka Sekolah Minggu DBS menekankan pada pengembangan aspek hati dengan mengajarkan Dhamma sebagai media untuk memupuk kualias hati yang positif seperti cinta-kasih dan kewelas-asihan.
Disamping program-program belajar, DBS juga menyediakan kelas meditasi setiap hari Sabtu dan secara berkala mengadakan retret meditasi atau pabajja selama 10 hari di setiap akhir tahunnya sebagai wahana untuk membersihkan hati dari emosi-emosi yang merusak seperti kemelekatan, kebencian dan delusi.
The 7th Buddhist Global Conference
Ashin Kheminda juga didapuk sebagai salah satu keynote speaker di 7th Buddhist Global Conference yang diadakan Jakarta pada 10 – 11 Desember 2011. Acara tersebut juga menghadirkan pembicara Buddhist kelas dunia seperti Ajahn Brahmavamso, Ringu Tulku Rinpoche, Ven. Master Guo Jun Fashi, Ven. Hueiguang, dll.
Buddhist Festival 2013
Bhikkhu Kheminda menjadi salah satu pembicara dalam acara Buddhist Festival 2013 yang berlangsung di Surabaya. Dhammadesana yang ia bawakan berjudul "Manajemen Karma: Bagaimana Menata Karma Untuk Kehidupan Lebih Baik".