Munir Latief

The basics

Quick Facts

Gender
Male
The details

Biography

Letnan Kolonel Munir Latief adalah seorang militer dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Ia termasuk salah satu tokoh pejuang yang tewas bersama puluhan pejuang lainnya dalam Peristiwa Situjuah yang terjadi pada tanggal 15 Januari 1949 di Situjuah Batua, Lima Puluh Kota, Sumatra Barat. Peristiwa Situjuah adalah salah satu mata rantai dari perjuangan mempertahankan kemerdekaan yang dilakukan oleh Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dibawah pimpinan Syafruddin Prawiranegara yang berlangsung dari tanggal 22 Desember 1948 sampai 13 Juli 1949.

Pendidikan dan Karier

Dia pernah bersekolah di Sekolah Adat dan MULO Padang, selanjutnya ia ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikan ke HBS, namun tidak selesai karena Jepang terlanjur menduduki Indonesia. Dia-pun kembali ke Padang dan masuk pendidikan calon perwira bentukan Jepang, Gyu Gun angkatan pertama. Dalam pendidikan militer itu Munir Latief satu angkatan dengan Dahlan Djambek, Ahmad Husein, Ismail Lengah, Dahlan Ibrahim dan lainnya. Selesai dari pendidikan tersebut dia mendapatkan pangkat Letnan Dua.

Setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia II, para perwira didikan Jepang itu membangun kekuatan dengan mendirikan Barisan Keamanan Rakyat (BKR) yang tersebar di Sumatra Tengah. Dikemudian hari BKR berubah nama menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Pada tahun 1946 di Bukittinggi didirikan Sekolah Pendidikan Opsir dan Mayor Munir Latif diangkat sebagai Direktur Pendidikan Opsir menggantikan pejabat sebelumnya yaitu Kolonel Ismail Lengah. Di bawah pimpinan Munir dilaksanakan pendidikan angkatan kedua yang diikuti 60 orang calon kadet. Pada tahun 1947 Mayor Munir Latif dipindahkan dan diangkat menjadi Komandan Batalyon III/Resimen II di Sungai Penuh. Selanjutnya ia dimutasi ke Bukittinggi dan memimpin Pendidikan Divisi IX.

Gugur

Pada tgl 14 Januari 1949 di Lurah Kincia, Situjuah Batua, Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat, Munir Latief mengikuti rapat yang dipimpin oleh Chatib Sulaiman sebagai Ketua Markas Pertahanan Rakyat Daerah. Rapat tersebut sebagai bagian dari perjuangan PDRI membahas strategi perjuangan dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II.

Dalam suasana beristirahat seusai rapat, pada tgl 15 Januari 1949 pada subuh harinya sewaktu hendak shalat subuh, tiba-tiba pasukan Belanda datang menyerang dan memberondong para pejuang itu. Letnan Kolonel Munir Latief dan beberapa pimpinan pejuang lainnya beserta puluhan anggota pasukan Barisan Pengawal Negeri dan Kota (BPNK) tewas seketika.

The contents of this page are sourced from Wikipedia article on 25 Aug 2020. The contents are available under the CC BY-SA 4.0 license.