Biography
Gallery (2)
Lists
Also Viewed
Quick Facts
Intro | Indonesian businessperson | |
Places | Indonesia | |
was | Businessperson | |
Work field | Business | |
Gender |
| |
Birth | 1817, Koto Gadang, Indonesia | |
Death | 29 January 1907 (aged 90 years) |
Biography
Abdul Gani Rajo Mangkuto (lahir di Koto Gadang, Agam, 1817 – meninggal di Koto Gadang, Agam, 29 Januari 1907 pada umur 90 tahun) adalah seorang saudagar Minangkabau pada masa Hindia Belanda. Pada zamannya dia merupakan pengusaha besar dan orang terkaya di Sumatra Tengah.
Kehidupan
Abdul Gani merupakan seorang Minangkabau asal Koto Gadang, Agam dari persukuan Piliang. Ia merupakan adik dari Abdul Rachman, seorang jaksa yang berpengaruh di kawasan Gouvernement Sumatra's Westkust. Ia mengawali kariernya sebagai seorang pembantu Asisten Residen Padang Darat (Padangsche Bovenlanden), Steinmetz. Pejabat Hindia Belanda ini merupakan seorang tokoh yang peduli dengan pendidikan. Ia mendirikan sekolah-sekolah nagari di Bukittinggi, dan Abdul Gani dimasukkannya ke dalam sekolah tersebut. Abdul Gani merupakan salah seorang murid yang cerdas. Pada tahun 1856, ia ditugaskan membantu Charles Adriaan van Ophuijsen menyiapkan Sekolah Guru di Bukittinggi. Di sekolah tersebut ia sempat mengajar selama satu tahun.
Pada tahun 1857, pemerintah Belanda mendirikan gudang kopi di Bukittinggi. Berat dugaan gudang tersebut dikelola dan dipimpin oleh Abdul Gani. Berkat usaha mengelola gudang kopi, dalam jangka waktu yang tak begitu lama, Abdul Gani mampu mengumpulkan kekayaan yang cukup besar. Usahanya bertambah maju ketika ia memenangkan tender untuk pengangkutan kopi di Sumatra Tengah. Sejak itu ia menjadi pengusaha yang berpengaruh, dan menjadi pesaing berat pengusaha-pengusaha Belanda dan Tionghoa. Dari usaha pengangkutan kopi, ia kemudian mengembangkan sayap dengan membuka perusahaan jasa pengangkutan jemaah haji ke Mekkah.
Karena memiliki pengaruh dan jaringan yang cukup luas, Abdul Gani banyak menempatkan saudara, ipar, besan, dan anak-anak nagari Koto Gadang lainnya dalam beberapa jabatan penting di Sumatra Tengah. Secara tidak langsung, ia juga berperan dalam memberikan jalan kepada generasi Koto Gadang selanjutnya, untuk mencicipi pendidikan dan menduduki posisi elit dalam pemerintahan Indonesia.
Penghargaan
Setelah menjadi pengusaha sukses, Abdul Gani sempat berlayar ke negeri Belanda. Ia menyerahkan cenderamata berupa kerajinan perak Koto Gadang kepada putera mahkota Ratu Belanda. Kemudian ia memperoleh sertifikat penghargaan dari putera mahkota dan Menteri Jajahan Belanda.
Keluarga
Abdul Gani menikah dengan beberapa orang istri yang berasal dari Koto Gadang, Sungai Puar, dan Payakumbuh. Salah seorang cucunya dari istri di Sungai Puar adalah tokoh pergerakan dan sastrawan Abdoel Moeis. Kemenakannya Yazid Rajo Mangkuto merupakan arsitek Jam Gadang di Bukittinggi.